Warna-warna saling berpadu, menuju dirgantara
Ah, jelita, bukankah mereka indah bagimu
Dipersiapkan dengan tenaga, kemudian menjadi jelaga
Menerangi, menerbangkan lamunanmu menuju timbuktu
Apakah kita terlalu biasa, untuk menjadi sempurna
Ataukah engkau terlalu fana, untuk menjadi nyata?
Sungguh,
Aku tidak mengerti, pada titik apa, kita akan bersua.
Duhai kembang api menyala-nyala, Untuk apa mengobarkan ragamu.
Bila cahaya rembulan, bintang-bintang, bersinar gemilang tanpa malu
Akankah kami, harus tetap disini,
Bercumbu, berbasa-basi
Yakin kan kami, untuk menahan diri, membunuh waktu, dengan candaan analogi?
Mohon, kembang api,
Berikan kami kesempatan, untuk membenahi
Segala nafsu birahi, yang kian menyalahi,
Biarkan cahayamu, menjadi merefleksi,
Mengapa afeksi, tak pernah cukup bagi kami
Apakah kita terlalu biasa, untuk menjadi sempurna
Ataukah engkau terlalu fana, untuk menjadi nyata?
Ah, jelita, bukankah mereka indah bagimu
Dipersiapkan dengan tenaga, kemudian menjadi jelaga
Menerangi, menerbangkan lamunanmu menuju timbuktu
Apakah kita terlalu biasa, untuk menjadi sempurna
Ataukah engkau terlalu fana, untuk menjadi nyata?
Sungguh,
Aku tidak mengerti, pada titik apa, kita akan bersua.
Duhai kembang api menyala-nyala, Untuk apa mengobarkan ragamu.
Bila cahaya rembulan, bintang-bintang, bersinar gemilang tanpa malu
Akankah kami, harus tetap disini,
Bercumbu, berbasa-basi
Yakin kan kami, untuk menahan diri, membunuh waktu, dengan candaan analogi?
Mohon, kembang api,
Berikan kami kesempatan, untuk membenahi
Segala nafsu birahi, yang kian menyalahi,
Biarkan cahayamu, menjadi merefleksi,
Mengapa afeksi, tak pernah cukup bagi kami
Apakah kita terlalu biasa, untuk menjadi sempurna
Ataukah engkau terlalu fana, untuk menjadi nyata?
Komentar
Posting Komentar