Langsung ke konten utama

Janna Tamimi


Assalamualaikum…


Photo: Eleonora Gatto

Perkenalkan namaku Janna Jihad Ayyad. Teman-teman sering memanggilku Janna, beberapa orang yang tidak terlalu kukenal memanggilku dengan sebutan Janna Tamimi. Aku adalah  seorang perempuan, masih kanak-kanak.  aku rasa mungkin tidak berlebihan jika aku sendiri menyebut diriku gadis yang manis. bagaimana menurutmu?

Jika anda bertanya bagaimana Keseharianku,  tentu saja seperti anak-anak lainnya dibelahan bumi manapun, yakni bermain dan tertawa bersama teman-teman. Aku tinggal disebuah desa kecil, orang-orang menyebutnya sebagai desa nabi saleh.

Menurutku desa kami merupakan tempat terindah di dunia.  Saat berkata demikian, Aku kerap kali melihat respon terkejut dari orang lain yang mendengar hal itu. Seakan mereka tak percaya akan indahnya Desa nabi saleh. Tentu saja tempat ini yang terbaik, Desa ini adalah rumah kami.

 Jika engkau penasaran akan tempat tinggal kami, silahkan datang kemari, kami akan menyambutmu dengan baik. dengan roti gandum yang manis, dan susu kambing terbaik di peternakan kami. Satu-satunya hal yang perlu kau cari adalah negeri palestina, disana desa kami berada.
Kampung kecil kami begitu nyaman. terdiri dari masyarakatnya yang  berbeda-beda,  yakni Penduduk Muslim, Kristen, dan yahudi.  

Walau kami berbeda kepercayaan, tetapi sama sekali tidak ada masalah pada kondisi tersebut.  tetangga-tetangga tetap menanyakan apakah kau sudah makan malam, tentu saja mereka akan mengundangmu untuk bersantap bersama. Kami hidup bahagia dalam tentram dan damai.

Kebahagiaan  bertambah ketika negeri dan rumah kami kedatangan kafilah-kafilah yang tidak kami kenali sebelumnya. Mereka sekelompok pemukim yang datang dari negeri jauh dan membutuhkan tempat tinggal sementara. Tentu saja kami menerima mereka dan menyediakan tempat yang layak untuk mereka berteduh dan rehat sejenak hilangkan penat.

Maka dibangunlah sebuah pemukiman tepat diperbatasan desa. Kami senang mereka akhirnya  dapat beristirahat ditempat yang nyaman disamping kami. 

 beberapa tahun berlalu, salah satu dari mereka mengusulkan pemukiman mereka agar segera diberi nama. sehingga  dengan nama baru tersebut, pemukiman mereka kini memiliki alamat, agar mereka dapat menyurati kami, dan begitu pula kami dapat membalas surat-surat mereka.  

Tentu saja kami senang akan usulan tersebut.  nama yang dipilih sengaja kami serahkan pada mereka agar menamai pemukimannya sendiri, mereka dengan senang hati mengusulkan nama “Halamish”. Namun kini orang-orang banyak mengenal pemukiman mereka sebagai desa Betlehem.

demikian sedikit cerita mengenai hidupku, dan rumah kami. tentu saja aku akan melanjutkan dengan beberapa kalimat lagi, mungkin esok atau lusa. saat ini ibu memanggilku untuk segera menggembala kambing-kambing yang tak pernah kenyang itu. 

salam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan yang mengingatkan

Ditulisnya artikel ini berdasarkan keprihatinan pribadi penulis pada realita yang cukup sepele di kampusnya. sebuah keresahan pada segi kesadaran, proses belajar, dan ketertiban dikelas. Pengamatan tentang fenomena ini bermula ketika saya mendapat beberapa pertanyaan dari seorang teman yang sedang mengerjakan paper dasar jurnalistik. pertanyaan ini mengenai pandangan saya terhadap kondisi birokrasi dikampus.  Jika ditanya, saya dan teman-teman pembaca pasti setuju bahwa aktifitas birokrasi dikampus lumayan ramai dan sangat lumrah terdengar oleh telinga, terutama kegiatan birokrasi lewat bermacam tuntutan dan propaganda yang gencar dilakoni oleh para Eksekutif Mahasiswa (BEM). Tuntutan transparansi, fasilitas kampus yang tak memadai, dan yang terutama saya garis bawahi adalah mengenai uang kuliah tunggal mahasiswa. saya sendiri sangat mengapresiasi segala jerih payah teman-teman eksekutif dalam membela, mengadvokasi, dan keberpihakan kepada kami para mahasisw...

Review Film English Vinglish (2012)

Ngga susah sebenarnya kalau mau nyari film yang mampu menggetarkan hati. cara termudahnya adalah, cari Film India!