Langsung ke konten utama

Mengapa mahasiswa jarang nonton TV

Sumber gambarnya dari sini

Mahasiswa sangat identik dengan sebutan manusia-manusia yang tidak faham khazanah perkembangan dunia pertelevisian. Bisa jadi karena di televisi ngga ada channel tutorial make up dan unboxing hp, atau karena alasan yang lebih simpel, ga punya TV.


Sebelumnya perkenalkan nama saya Bisma. Saya seorang mahasiswa yang memiliki kemampuan menebak fikiran orang lain.  Contohnya adalah ketika saya memperkenalkan diri barusan, pasti pembaca mengira saya adalah eks personil boyband yang yang nyari sampingan jadi penulis. Eits, tunggu dulu. Sebaiknya jangan langsung mengambil kesimpulan seperti itu. Karna itu memang benar, Xixixi

Lebih jauh tentang saya,  (saya fikir) tanpa sengaja Tuhan memberi saya takdir untuk menjadi manusia terdidik. lewat portal pengumuman snmptn, nama seorang Bisma terpampang menjadi salah satu peserta yang lulus seleksi masuk kuliah di jalur undangan, tanpa tes. akhirnya  saya tau bahwa kegoblogan tidak akan membatasi diri ini untuk berkuliah di universitas.

kejadian tak terduga pernah  terjadi saat saya bersama teman- teman sedang di kampus. kami tanpa sengaja bertemu TV. Iya benar, sebuah Televisi  di  pos satpam penjaga gerbang kampus, lalu salah satu dari kami  bergumam..

Wah, Udah lama ya kita  ga nonton TV….
Homina.. homina.. hominaaa

Bagi mahasiswa-mahasiswa seperti kami yang umumnya tinggal di indekos, Televisi kini beralih menjadi suatu kebutuhan sekunder yang ga penting-penting amat, pastinya karena layanan ini cukup jarang ditemukan pada kosan konvensional di sela-sela jalan babarsari.

 dan yang namanya zaman globalisasi, kalau kata rapper yang gajiannya dari akun adsense itu, “Youtube-youtube lebih dari tipi.. boom”. Maunya apa, tinggal ketik aja.  Ngga kaya dulu bela-belain mesti bangun subuh buat nonton chalkzone dilanjutin spongebob di gombal tv.

Kembali ke TV. Belakangan ini Ia mulai ditinggalkan oleh penontonnya, yakni mahasiswa yang tinggal di indekos, kontrakan dan sebangsanya. Sebab-musabab nya,  tak lain dan tak bukan adalah..

Jreeng jreeenngggg
...
"MAHASISWA KOSAN TIDAK PUNYA TV"


Tapi tentunya saya tidak membahas mengapa mahasiswa tidak punya tv, nanti saja. Panjang kajiannya. Disini lebih baik penulis mulai memaparkan mengapa mahasiswa sudah jarang menonton TV.

Salah satu penyebabnya ialah, konten mayor yang terdapat dalam televisi ialah hiburan. Dan dimana ada hiburan, maka ada sinetron disana. Didalam sinetron melekat lah kisah-kisah percintaan antara seorang loper koran dan  anak pengusaha perkebunan, anak orang kaya yang nyamar jadi tukang kebun terus jatuh cinta sama loper koran, dan kisah-kisah utopis lainnya.

 Lalu apa hubungannya dengan mahasiswa? Sebenarnya kami bukan menolak romantisme. Hanya saja sudah lelah dengan kisah cinta dan dusta-dusta. Simpan saja kisah sinetron kalian, kami tidak membutuhkan.

Tak jarang, adegan dalam sinetron itu mengganggu kewarasan berfikir kami para mahasiswa. Tabrakan didepan perpus, buku yang berjatuhan, lalu saling bertatapan. Sungguh, kalau disuruh memilih, sepertinya kami lebih suka geli karena melihat bulu ketiak saipul jamil menari-nari dari pada harus geli melihat adegan tadi.

Selain karena sinetron nirfaedah, Mahasiswa menjauhi TV lantaran karena sudah beranjak dewasa. Dalam artian kami sudah tidak mengonsumsi hal-hal yang begitu cringy atau dalam kamus urban remaja Indonesia: Alay.

 Misalnya saja program acara di TV bernama Katakan Putus. (Demi apa saya tau tentang eksistensi acara ini)  yang menurut mahasiswa sudah tidak sesuai dengan tujuan Komunikasi massa maupun penyiaran, yang berarti: Mendidik, Menginformasi, dan Menghibur.

Sesuai pula dengan Sumpah mahasiswa ayat ketiga:

"Kami mahasiswa-mahasiswi Indonesia bersumpah. Berbahasa satu, Bahasa kebenaran."

Jadi sampean-sampean sudah pada faham  toh mengapa mahasiswa nggak nonton acara-acara TV yang bisa diyakini itu settingan. Pada dasarnya mahasiswa juga mengerti bahwa Rum*h Uya itu ngga ada Bahasa kebenarannya.

 lalu kalaupun bukan settingan, seorang mahasiswa diajarkan untuk menyelesaikan masalah dengan berdiplomasi, apa-apa itu diselesain dengan damai dan kekeluargaan. aman  sentosa alam semesta.

Jadi. Seperti kata-kata dari meme kartun WikiHow, simpan saja semua dustamu, my lov…
Selain itu, para mahasiswa sudah terbiasa, jika ada masalah atau sesuatu yang ngganjel pasti langsung protes, demo didepan dekanat, rektorat, teriak-teriak langsung. Nggak njuk tiba-tiba sambat terus ngerasani dari belakang. 

Mahasiswa tidak seperti itu. Atas dasar itu. Mahasiswa berfikir bahwa tayangan tersebut tak memberikan apa-apa kecuali kabar burung dan gosip tentang seseorang yang tidak penting. Maka mereka-mereka ini sangat anti pada tayangan infotainment yang sangat-sangat tidak jelas apa kepentingannya bagi kelanjutan laprak ataupun skripsi mereka. 

lagipula, Siapa yang tidak emosi melihat seorang wanita, dengan tampang serius dan suara yang meninggi, berbicara dengan mata melototi penonton hanya untuk berkata “Tina toon merayakan lebaran bersama buyutnya dengan makan ketupat dicampur nastar..”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Movie Silenced (2011)

Kualitas film yang baik bisa dilihat dari berbagai sudut pandang, ada orang yang menganggap film  berkualitas berdasarkan visualnya,  cerita, bahkan paras menawan dari aktor/aktris dapat di jadikan standarisasi tertentu bagi sebagian orang terhadap kualitas film. menurut penilaian penulis sendiri, film yang terbaik, adalah film yang mampu mempengaruhi, merubah, dan menimbulkan efek yang nyata dalam kehidupan penontonnya. berdasarkan kriteria tersebut, Penulis memilih Silenced (2011) sebagai salah satu film paling persuasif yang pernah penulis tonton.

Catatan yang mengingatkan

Ditulisnya artikel ini berdasarkan keprihatinan pribadi penulis pada realita yang cukup sepele di kampusnya. sebuah keresahan pada segi kesadaran, proses belajar, dan ketertiban dikelas. Pengamatan tentang fenomena ini bermula ketika saya mendapat beberapa pertanyaan dari seorang teman yang sedang mengerjakan paper dasar jurnalistik. pertanyaan ini mengenai pandangan saya terhadap kondisi birokrasi dikampus.  Jika ditanya, saya dan teman-teman pembaca pasti setuju bahwa aktifitas birokrasi dikampus lumayan ramai dan sangat lumrah terdengar oleh telinga, terutama kegiatan birokrasi lewat bermacam tuntutan dan propaganda yang gencar dilakoni oleh para Eksekutif Mahasiswa (BEM). Tuntutan transparansi, fasilitas kampus yang tak memadai, dan yang terutama saya garis bawahi adalah mengenai uang kuliah tunggal mahasiswa. saya sendiri sangat mengapresiasi segala jerih payah teman-teman eksekutif dalam membela, mengadvokasi, dan keberpihakan kepada kami para mahasisw...

kamu tetaplah menjadi kamu

Akulah api yang membakar kulitmu Akulah air yang membunuh dahagamu Akulah kastil, menara-menara kokoh  pedang yang menjaga harta karun itu  Anda, udara yang saya hirup dan cahaya rembulan di laut tenggorokan ini, begitu ingin terbasahi namun saya, tetap takut ditenggelamkan cinta lalu kepadaku, gairah apa yang akan kamu berikan kamu berkata, hartaku cukup untuk dilihat milikmu akan menjadi milikmu,  dan milikmu itu akan tetap menjadi milikmu