Langsung ke konten utama

Review Movie Silenced (2011)


Kualitas film yang baik bisa dilihat dari berbagai sudut pandang, ada orang yang menganggap film  berkualitas berdasarkan visualnya,  cerita, bahkan paras menawan dari aktor/aktris dapat di jadikan standarisasi tertentu bagi sebagian orang terhadap kualitas film.

menurut penilaian penulis sendiri, film yang terbaik, adalah film yang mampu mempengaruhi, merubah, dan menimbulkan efek yang nyata dalam kehidupan penontonnya. berdasarkan kriteria tersebut, Penulis memilih Silenced (2011) sebagai salah satu film paling persuasif yang pernah penulis tonton.

Film ini dibuat berdasarkan buku novel karya Kong Ji-Young (2009) berjudul Dokani. dikategorikan bergenre Drama, Thriller, bahkan horror sekalipun. saya berpendapat seperti itu lantaran keseluruhan film ini menyajikan sesuatu yang sama sekali dapat dikatakan jauh dari kesan hangat. kekejaman yang terjadi bersifat tidak manusiawi, dan salah satu Heart-Breaking story paling menyedihkan dan yang lebih memilukannya lagi, Peristiwa yang terjadi tersebut diangkat dari kisah nyata!.

Poster film
sumber: Asianwiki

Fakta uniknya ialah seseorang yang memiliki andil besar pada film ini ialah aktornya sendiri, Gong-Yoo. setelah membaca novel yang dihadiahkan oleh produsernya, Gong Yoo yang pada waktu itu sedang dalam masa Wamil langsung mencoba menghubungi manajernya dan menggalang dukungan dari produser-produser film agar kejadian ini di filmkan. berkat kepeduliannya ini Gong-Yoo di dapuk menjadi Duta Unicef.

diawal film penonton disajikan pemandangan tak mengenakkan dimana seorang anak kecil melompat ke jalur perlintasan kereta cepat dan disambar hingga tewas, saya sama sekali tidak menginginkan hal tersebut tetapi visual ini merupakan langkah yang baik dalam mengawali betapa kejamnya film ini hingga di akhir.

Aktor kenamaan berasal negri gingseng, Gong Yoo, dengan amat baik memerankan tokoh Kang In-Ho, seorang pria paruh baya yang ditinggal istrinya mati bunuh diri lantaran masalah ekonomi. In-Ho memiliki seorang putri yang memiliki penyakit asma dan diasuh oleh neneknya.

In-Ho menjadi guru seni bagi anak-anak penyandang disabilitas
Sumber: Pinterest

Demi memenuhi menafkahi keluarganya, ia bekerja diluar Seoul dan menuju salah satu sekolah Luar biasa di daerah bernama Mujin, salah satu daerah terpencil dikorea. In-Ho mencoba melamar menjadi seorang guru kesenian disekolah tersebut.

namun ketika In-Ho mencoba untuk berbaur dengan lingkungannya barunya, ia cenderung kurang mendapat respon yang baik dari rekan kerja, bahkan siswa-siswinya terlihat murung dan sangat tertutup darinya. diketahui kemudian bahwa anak-anak tersebut mendapat perlakuan kekerasan dari para guru dan lebih menyedihkannya lagi mereka dilecehkan secara seksual.


hal tersebut sungguh menjadi lebih menyedihkan setelah kemudian para anak-anak diancam akan dibunuh apabila mengadu dan seluruh guru serta kepala sekolah saling menutupi kejahatan mereka satu sama lain. dari hal tersebut, In-Ho menyadari bahwa dia bertanggung jawab untuk keselamatan anak-anak tersebut walau harus berjuang seorang diri.

Film ini mungkin akan menjadi terlalu menyebalkan apabila In-Ho benar-benar harus menguak seluruh kejahatan tersebut sendirian. diceritakan sebelumnya dia secara tak sengaja bertemu dengan salah satu aktivis Ham bernama Jung Yu-Mi, yang kemudian menjadi kenalannya dan akhirnya mereka bersama berjuang bersama aktivis Ham lainnya. mereka berkeinginan kuat membongkar kisah menyedihkan ini kemuka publik dan mengantarkan keadilan kepada seluruh penjahat tak berprikemanusiaan tersebut.

apa yang membuat film ini semakin menarik, ialah peran dari ketiga anak yang menjadi korban pelecehan dalam film ini. ialah seorang Anak laki-laki bernama Min-Soo, (kemudian diketahui bahwa seorang anak kecil yang bunuh diri diawal film adalah adiknya), seorang gadis kecil dengan nafsu makan tinggi bernama Yoo-Ri dan seorang gadis dengan keterbatasan yakni Yeon-Doo.

Yeon-Doo, Gadis tuna wicara yang menjadi saksi kunci
sumber: pinterest


kelak mereka bertiga inilah yang menjadi saksi kunci dari pengadilan panjang untuk memenjarakan para tersangka. Walau sudah jelas sekali kejahatan yang diperbuat, bukan berarti persidangan tersebut berjalan mulus sesuai harapan penonton.

 banyak upaya dari para tersangka untuk menghapuskan segala bukti bahkan menyuap salah satu dari keluarga saksi agar mencabut tuntutan. di fase dalam film ini, merupakan klimaks dimana penonton akan merasa "geregetan" dan ingin berkata kasar, mungkin.

lalu apa yang terjadi diakhir film ini, biarlah penonton mencari tahu sendiri karna penulis berusaha untuk mereview film fenomenal ini tanpa spoiler, tentunya dengan maksud agar anda mengetahui kebenaran dari sisi gelap dunia ini.

Min-Soo, anak yang menjadi saksi atas pelecehan 
sumber: asianwiki

Saat film Silenced ini di rilis pada tahun 2011, film ini langsung menjadi box office dan menarik 4,7 juta penonton, termasuk presiden Korsel pada saat itu. dan berkat pengaruhnya, masyarakat secara masif melakukan protes dan memohon agar kasus ini kembali dibuka dan dilakukan investigasi ulang.

Oktober 2011, berkat dampak dari film ini, parlemen korea selatan mengeluarkan undang-undang untuk menghapuskan statue-of-limitation untuk kejahatan terhadap anak dibawah 13 tahun dan wanita disabilitas. yang kemudian akibat peraturan tersebut hukuman para pelaku menjadi diperberat.
2 bulan setelah film ini rilis, kota Gwangju (tempat dimana kejadian nyata tersebut terjadi) menutup sekolah luar biasa pada november 2011

Film yang diproduksi dengan bajet minim ini kemudian berhasil dalam menegakkan keadilan yang sempat tercoreng. serta memberi perubahan besar kepada korban-korban dalam kasus tersebut dan orang lain yang mengalami kasus serupa. The Power of Movie!

atas karya yang tak hanya bermisi fundamental, namun juga sosial. Film yang memiliki kekuatan hebat terhadap penontonnya ini penulis nilai berhak untuk mendapat value yang sangat tinggi, sebagai rating 9,5/10

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan yang mengingatkan

Ditulisnya artikel ini berdasarkan keprihatinan pribadi penulis pada realita yang cukup sepele di kampusnya. sebuah keresahan pada segi kesadaran, proses belajar, dan ketertiban dikelas. Pengamatan tentang fenomena ini bermula ketika saya mendapat beberapa pertanyaan dari seorang teman yang sedang mengerjakan paper dasar jurnalistik. pertanyaan ini mengenai pandangan saya terhadap kondisi birokrasi dikampus.  Jika ditanya, saya dan teman-teman pembaca pasti setuju bahwa aktifitas birokrasi dikampus lumayan ramai dan sangat lumrah terdengar oleh telinga, terutama kegiatan birokrasi lewat bermacam tuntutan dan propaganda yang gencar dilakoni oleh para Eksekutif Mahasiswa (BEM). Tuntutan transparansi, fasilitas kampus yang tak memadai, dan yang terutama saya garis bawahi adalah mengenai uang kuliah tunggal mahasiswa. saya sendiri sangat mengapresiasi segala jerih payah teman-teman eksekutif dalam membela, mengadvokasi, dan keberpihakan kepada kami para mahasisw...

kamu tetaplah menjadi kamu

Akulah api yang membakar kulitmu Akulah air yang membunuh dahagamu Akulah kastil, menara-menara kokoh  pedang yang menjaga harta karun itu  Anda, udara yang saya hirup dan cahaya rembulan di laut tenggorokan ini, begitu ingin terbasahi namun saya, tetap takut ditenggelamkan cinta lalu kepadaku, gairah apa yang akan kamu berikan kamu berkata, hartaku cukup untuk dilihat milikmu akan menjadi milikmu,  dan milikmu itu akan tetap menjadi milikmu